Suatu pagi, seorang suami memarahi istrinya. “Aduh Bu,
telat nih. Mengapa tidak membangunkan Bapak tadi? Meeting hari ini sangat penting tidak sempat sarapan nih,” omel si
suami sambil tergesa-gesa berangkat mengendarai mobil menuju kantor, tanpa
menghiraukan istrinya lagi.
Di tengah jalan, karena lapar, pria itu memutuskan
membeli roti dan secangkir kopi untuk mengganjal perutnya. Saat berada di luar
toko, ia melihat sebuah gadis kecil memilih beberapa tangkai bunga di toko
bunga sebelah. Ia menguping sejenak pembicaraan anak itu.
“Berapa harga bunga ini Pak?” tanya anak itu pada si
penjual bunga.
“Tiga puluh ribu,” jawab si pemilik toko. Si anak
kemudian meletakkan bunga tadi dan memilih yang lain seraya bertanya, “Kalau yang
ini, berapa harganya Pak?”
“Yang itu lima puluh ribu Nak,” jawab pemilik toko
dengan sabar.
Kemudian si anak meletakkan lagi bunga-bunga itu ke
tempatnya. Dengan sedih dia bertanya perlahan, “Apakah ada bunga yang harganya
lima ribu Pak?”
Karena merasa kasihan, sambil membawa roti dan
kopinya, pria tadi menghampiri gadis kecil itu dan bertanya, “Nak, kamu membeli
bunga untuk siapa?”
“Untuk mama saya Oom. Mama saya hari ini berulang
tahun.”
Pria itu terpana. Tiba-tiba dia teringat bahwa pada
hari ini istrinya juga sedang berulang tahun. Karena tergesa-gesa, dia belum
sempat mengucapkan selamat ulang tahun kepada istrinya. Lantas, ia pun
memutuskan untuk membeli bunga untuk istrinya.
“Pak, saya beli bunga ini. Dua ikat ya. Satu
untuk gadis kecil ini, satu lagi tolong antar ke alamat ini,” kata si pria
kepada si pemilik toko sambil membayar, menulis nama istrinya dan memberikan
kartu namanya.
“Nak, bunga
ini om belikan untukmu sebagai tanda terima kasih karena telah mengingatkan
hari ulang tahun istri om di rumah.”
Anak itu
dengan gembira menerima bunga sambil mengucapkan terima kasih dan segera pergi.
Setelah
beberapa meter menjalankan mobil, pria itu melihat si gadis kecil berjalan
searah dengan tujuannya.
“Hai, mau
ikut Om sekalian?”
Dengan
tersenyum ia mengangguk dan masuk ke mobil. Sampai di tepi jalan yang sepi, si
gadis minta turun dan berjalan memasuki sebuah lorong jalan.
Karena
penasaran, pria itu mengikutinya, diam-diam. Betapa kaget dirinya ketika
melihat si gadis kecil rupanya meletakkan bunga di sebuah gundukan tanah merah
yang masih basah.
“Nak, ini
kuburan siapa?” tanyanya sambil berjongkok di sebelah si gadis.
“Ini kuburan
mama saya Om. Hari ini hari ulang tahun mama, sayangnya tiga hari yang lalu
mama meninggal dunia.”
Jawaban itu
membuat si pria terharu dan membuatnya merasa sangat bersyukur. “Terima kasih
Tuhan, orang yang ku sayangi masih hidup dan masih ada kesempatan bagiku untuk
memperbaiki kesalahan tadi pagi.”
Tak lama, Ia
bergegas pergi dari sana dan kembali ke toko bunga tadi. Ia ingin membawa dan
memberikannya sendiri bunga yang telah dipesan kepada istrinya.
Pada
zaman yang semakin maju seperti sekarang ini, perhatian dan kasih sayang sering
kali terkalahkan oleh alasan kesibukan, tidak ada waktu, belum ada kesempatan,
serta berjuta alasan lain yang kadang sering dibuat-buat. Parahnya lagi,
kemudian acap kali timbul sikap masa bodoh pada sekeliling kita. Kadang,
tetangga samping rumah sedang sakitpun kita tidak tahu. Atau, saudara kita
sendiri sedang kesusahan, kita hanya bersimpati, tanpa berbuat apapun.
Dengan
alasan kesibukan atau bahkan mengejar karir, tanpa sadar kita sudah
mengenyampingkan sisi humanis kita. Hal inilah yang kadang membuat kita merasa
sudah cukup berbuat sesuatu kepada seseorang dengan hanya mengirim pesan
singkat melalui sms, menelepon, atau mengirim email. Memang, perhatian dengan
cara seperti itu tidak salah. Namun, akan jauh lebih bermakna jika hari-hari
kita dihiasi dengan komunikasi yang intens dengan sekeliling kita. Dengan
mencurahkan perhatian kepada keluarga, saling menyapa dengan tetangga saling
mendukung dengan kerabat di kantor, akan membuat hidup ini terasa lebih
berarti.
Selagi
masih ada kesempatan, berikan perhatian dan cinta kasih kepada sekeliling kita.
Dengan memberikan harapan, perhatian, kasih sayang dari dan untuk orang lain,
apalagi orang-orang di sekitar kita dan yang kita cintai, hidup akan terasa
lebih hidup. (Andrie Wongso)